Cytotec Purwokerto
Cytotec Temanggung
Cytotec
Cytotec
Cytotec Blora
Cytotec Trenggalek
Cytotec Brebes
Cytotec Kota Surakarta
Cytotec Klaten
Cytotec Sragen
Cytotec Pati
Cytotec Kota Pekalongan
Cytotec Purbalingga
Cytotec Bantul
Cytotec Demak
Cytotec Sleman
Cytotec Sumenep
Cytotec Kota Tegal
Cytotec Jogja Kota
Cytotec Gunungkidul
Cytotec Situbondo
Cytotec Bangkalan
Cytotec Sukoharjo
Cytotec Magelang Kota
Cytotec Purworejo
Cytotec Kota Semarang
Cytotec Kulonprogo
Cytotec Tegal
Cytotec Wonogiri
Cytotec Kota Salatiga
Cytotec Yogyakarta
Cytotec Ungaran
Cytotec Wonosobo
Cytotec Jember
Cytotec Malang
Cytotec Bojonegoro
Cytotec Nganjuk
Cytotec Lamongan
Cytotec Sampang
Cytotec Madiun
Cytotec Magetan
Cytotec Ponorogo
Cytotec Sidoarjo
Cytotec Banyuwangi
Cytotec Bondowoso
Cytotec Ngawi
Cytotec Gresik
Cytotec Mojokerto
Cytotec Jombang
Cytotec Lumajang
Cytotec Surabaya
Cytotec Tulungagung
Cytotec Probolinggo
Cytotec Blitar
Cytotec Pasuruan
Cytotec Pamekasan
Cytotec Pacitan
Cytotec Kediri
Cytotec Mojokerto Kota
Cytotec Kediri Kota
Cytotec Jawa Timur
Cytotec Kota Malang
Cytotec Probolinggo Kota
Cytotec Blitar Kota
Cytotec Batu Kota
Cytotec Madiun Kota
Cytotec Pasuruan Kota
Cytotec Tuban
Cytotec Jawa Tengah
Cytotec
Herbal
Herbal
Cytotec Banjarnegara
Cytotec Batang
Cytotec Karanganyar
Cytotec Boyolali
Cytotec Cilacap
Cytotec Grobogan
Cytotec Jepara
Cytotec Kebumen
Cytotec Kendal
Cytotec Kudus
Cytotec Magelang
Cytotec Pekalongan
Cytotec Pemalang
Cytotec Rembang
RSUD REMBANG
Puskesmas
Apotik
Aborsi
Misotab
Gastrul
Cytotec
Jual Cytotec
Obat Aborsi
Obat Penggugur Kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan
Obat Telat Datang bulan
Obat Pelancar Haid
Misoprostol
inflesco
invitec
em kapsul
pil tuntas
Cyrux
Dahulu kala, ada sebuah daerah yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Konon kabarnya, daerah tersebut merupakan tempat yang aman dari berbagai serangan pihak Belanda. Sehingga, banyak kaum pribumi yang datang membawa harta benda maupun ternaknya untuk berlindung dan kemudian tinggal di daerah tersebut.
Perlu diketahui, Belanda menjajah negeri kita selama kurang lebih 350 tahun lamanya. Sehingga, banyak sekali wilayah Indonesia yang ingin dikuasai oleh pihak Belanda, tidak terkecuali hutan bambu tersebut. Mendengar adanya suatu daerah yang banyak ditempati oleh kaum pribumi, datanglah pasukan Belanda yang dipimpin oleh seorang jenderal bernama “Jendral Baron Sekeder”. Kedatangan pasukan Belanda itu, memiliki tujuan untuk merebut hutan bambu tersebut dari tangan pribumi. Perjuangan pihak Belanda untuk merebut hutan bambu tersebut tidaklah mudah, karena mendapat perlawanan dari orang pribumi. Saat itu, pasukan pribumi dipimpin oleh “Kanjeng Syekh Subakir”. Karena kegigihan pasukan pimpinannya, pertempuran tersebut berlangsung sangat lama hingga berulang kali. Pada akhirnya, pasukan Kanjeng Syekh Subakir berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Karena mengalami kekalahan, akhirnya pihak Belanda menyingkir ke arah selatan menuju ke daerah Rogoselo.
Setelah berakhirnya peperangan, Kanjeng Syeh Subakir beserta pengikutnya beristirahat pada sebuah pohon bambu yang sangat besar dan kuat. Pada saat itu, tersebutlah nama “Wonopringgo”, yang kemudian digunakan untuk menamai daerah yang banyak ditumbuhi pohon bambu tersebut. Wonopringgo sendiri berasal dari dua kata dari Bahasa Jawa, yaitu Wono dan Pring. Wono jika diartikan kedalam Bahasa Indonesiakan artinya Hutan. Sedangkan Pring sendiri memiliki arti bambu. Jika digabungkan, maka Wonopringgo itu berarti “Hutan Bambu:.
Kanjeng Syekh Subakir adalah seorang muslim yang sangat taat. Suatu ketika, beliau ingin mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat. Karena saat itu, Wonopringgo masih berupa hutan belantara, maka belum mememiliki sumber mata air. Karena tidak menemukan sumber mata air, Untuk melepaskan lelah setelah mencari mata air dan tidak ditemukan Kanjeng Syeh Subakir istirahat tanpa sengaja menancapkan tongkatnya yang dibawanya ketanah, tanpa disengaja ujung tongkat yang menancap mengeluarkan air dan tongkat dicabut lalu Kanjeng Syeh Subakir mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Mata air yang keluar terus menerus mengalir dan menjadi sebuah bengawan ,bengawan tersebut bernama bengawan Tunggulnogo yang dibahu rekso oleh Tunggulgunuk.
Seiring berjalannya waktu daerah yang tadinya berupa hutan pring/bamboo sekarang telah menjadi sebuah Desa yang dikenal dengan sebutan Desa Wonopringgo . Bengawan Tunggulnogo saat ini berupa sebuah belik/sumber mata air yang konon bernama belik Segelap Yang artinya tanpa sengaja dibuat sumber lain ada yang menyebut Belik Sukmo. Saat ini Belik Segelap atau Sukmo ini lebih dikenal dengan sebutan “ SUMUR SEGELAM”.
“SUMUR SEGELAM”ini merupakan salah satu Cagar Budaya yang ada di Desa Wonopringgo. Ada berbagai lapisan masyarakat yang percaya kalau air sumur segelam ini bisa membawa berkah, sehingga banyak orang yang datang warga desa maupun luar desa ke Sumur Segelam untuk mengambil airnya ataupun mandi. Kegiatan tersebut seringnya dilakukan pada malam dan hari Jum’at Kliwon.
Untuk merawat dan menjaga Sumur Segelam ini ada juru kuncinya selain itu untuk menjaga kelestarian dan merawat dari Cagar Budaya yang ada di Desa Wonopringgo tersebut Pemerintah Desa Wonopringgo dengan Warga masyarakat setiap tanggal 12 Legeno/Dzulqadah Melaksanakan kegiatan Legenonan/Sedekah bumi dengan membuat makanan sederhana dan melaksanakan kerja bhakti untuk membersihkan lingkungan sekaligus menguras air Sumur Segelam.
Disamping Belik/Sumur Segelam di Desa Wonopringgo terdapat 6 Belik lainnya yaitu:
1.Belik Sebabar/Sepuhan 4.Belik Simeri
2.Belik Jogobelo 5.Belik Joyosekti
3.Belik Jolotundo 6.Belik Joyo kusumo
Belik yang satu lagi menurut satu sumber konon pernah ada namanya Belik sinangka dan sekarang tidak diketahui keberadaannya, menurut sumber yang sama mengatakan bila sumur sinangka ini muncul merupakan pertanda kalau Desa Wonopringgo akan menjadi makmur.
Demikian ringkasan cerita tentang asal-usul Desa Wonopringgo dan Cagar Budaya “Sumur Segelam” yang kita dapat dari berbagai sumber baik dari sesepuh maupun penjaga Cagar Budaya di Desa Wonopringgo.
Kepala Desa Wonopringgo secara berurutan dijabat oleh :
Rasdan Pada masa penjajahan Belanda
Sudirman Pada masa perang kemerdekaan s/d tahun 1970
Hanapi Darmo tahun 1971 sampai tahun 1987
Munir tahun 1988 sampai tahun 1998
Dulbari tahun 1999 sampai tahun 2007
Sri Maryani tahun 2007 sampai Tahun 2013
Slamet Haryanto tahun 2013 s/d sekarang